SUBANG – Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Sutaatmadja (STIESA) menggelar bedah buku bertajuk Dilema Bansos yang ditulis peneliti BRIN Yanu Endar Prasetyo, PhD.

Bedah buku diawali dengan paparan bertajuk Bansos Ditangan Sinterklas, oleh penulis buku Yanu Endar Prasetyo.

Dalam paparannya, Yanu mengungkapkan bahwa bansos yang diberikan selama ini bisa dibilang tidak efektif. Data mencatat bansos yang digulirkan pemerintah hanya menurunkan kemiskinan beberapa persen saja.

Alih-alih menurunkan kemiskinan, dia menemukan bansos justru lebih banyak dipolitisasi pada setiap menjelang pemilu.

“Anggaran belanja bansos tercatat lebih tinggi di tahun politik atau pemilu mulai dari 2009, 2014, 2019,2024. Dari zaman SBY sampai Joko Widodo,” katanya.

Yanu memaparkan, setidaknya ada 5 bahaya politisasi bansos, yaitu efektifitas bansos menurun, menguntungkan salahsatu kandidat dalam pemilu, menimbulkan kecemburuan sosial, membuka celah korupsi sistemik dan berjenjang dan mengubah status bansos dari hak rakyat menjadi pemberian politisi.

Benang kusut Bansos tersebut diurai dalam buku Dilema Bansos. Hadirnya buku ini, kata Yanu diharapkan bisa mendorong gerakan Reformasi Bansos.

“Kita dorong bersama masyarakat sipil untuk reformasi Bansos. Harus ada undang-undang yang mengatur sedemikian rupa terkait bansos,” ungkapnya.

Yanu juga mengajak peserta bedah buku untuk turut serta mengawasi bansos melalui awasibansos.co.id dan menandatangani petisi tolak politisasi bansos.

Selanjutnya dilakukan pembahasan buku Dilema Bansos oleh Ketua LPPM STIESA, Dr. Gugyh Susandy dan drh Ferdi Faturohman dosen Politeknik Negeri Subang serta sesi tanya jawab.

Sumber: kotaSUBANG.com